Senin, 28 Februari 2011

Menunggu Senyum mu

Seharian sudah dirimu terbaring di kasur itu. Kulihat mukamu yang pucat dan matamu memerah serta badanmu yang terkulai lemas. Sejak malam itu, suara keheningan pecah dengan lengkingan batuk mu. Saat pagi tiba kuharap kau akan bangun dan menyambut mataku yang terbuka dengan senyuman manis di bibirmu. Namun, saat kupalingkan wajah ini, kulihat kau masih berada di sampingku dengan kondisi tubuh demam tinggi. Obat yang kuberikan pun ternyata tak mampu jua membendung penyakit yang menyerangmu, hampir saja putus asa diriku tapi aku yakin ini adalah anugerah dari Allah yang membuktikan bahwa IA masih memperhatikan hambaNya. 
Sayang,,kita beruntung masih memiliki teman dan keluarga yang peduli dengan kita. Tak dapat dibayangkan jika kita berlaku jahat dengan orang lain, saat-saat seperti ini, saat kita membutuhkan pertolongan, walaupun tak ada yang dipinta pertolongan selain kepada Allah, tapi Allah pun menganjurkan kepada kita untuk saling tolong menolong dalam kebaikan, maka pada merekalah (orang di sekitar kitalah) yang akan kita pintai pertolongannya. 
Sayang,,,kulihat kau semakin terkulai lemas, ketika tubuhmu mulai dibawa dan dibaringkan di ruang IGD untuk diperiksa. Rasanya mata ini ingin mengucurkan air mata, karena tak tahan melihat penderitaan yang kau alami. Namun, Allah benar-benar tak tega melihat kesedihan hambaNya, dokter periksa mengatakan bahwa kamu boleh dibawa untuk rawat jalan saja. Meski demikian, hati ini masihlah gundah gulana, sebelum diriku melihat sebuah senyuman ikhlas terlihat di bibir manismu sayang.

Bukan Pertanda Buruk


Orang kadang beranggapan bahwa jika kita mengalami kesusahan pada awal kita memulai sesuatu maka itu merupakan pertanda buruk pada apa yang kita kerjakan selanjutnya. Tapi apakah itu benar?mungkin benar dan mungkin juga tidak. Mungkin benar jika seluruh pikirannya yang awalnya akan melakukan sesuatu dengan yakin, akhirnya harus tercemari dengan pikiran bahwa kita telah melakukan kesalahan di awal, apalagi selanjutnya. Namun mungkin tidak jika kita terus yakin dengan apa yang kita kerjakan, dan sangat jarang sekali sesuatu yang pertama kali dikerjakan sudah membuahkan hasil. Coba kita lihat, seorang anak yang baru beranjak balita dia pasti akan berusaha terus menerus untuk belajar berdiri, bahkan berjalan. Tapi lihat, berapa banyakkah ia terjatuh. Jika ia berpikir jatuh sebelumnya adalah awal kegagalan maka dia akan berhenti melakukannya. Dan ingatlah, manusia sudah mempunyai kodrat tidak merasa puas dengan yang ada.
Keyakinan kuat itulah yang menjadi modal awal penulis untuk belajar menulis di media blog ini.Terima Kasih

Kata Bamula

    Dengan menyebut asma Allah lah kumulai menulis dalam blog yang baru berumur beberapa jam ini. Semoga isi dari blog ini dapat memberikan manfaat kepada orang lain. Bukankah sebaik-baik manusia adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain. 

     Semoga apa yang kutulis nantinya tidak menyinggung perasaan para pembaca blog ini, melainkan hanya sebuah i'tibar bagi penulis dan syukur-syukur jika berguna bagi pembaca. Mungkin tak perlulah kata pemula ini berpanjang lebar, layaknya sebuah catatan harian. Bagi para pembaca selamat menikmati tulisan ini.